Home » » Jiu Jitsu Sebagai Sebuah Alat Pengembangan Diri

Jiu Jitsu Sebagai Sebuah Alat Pengembangan Diri

Oleh: Gugun (filmmaker indie)

Sebagai hobbyist komik dan film laga, sedikit banyak saya juga bersinggungan dengan bermacam-macam aliran beladiri. Bisa sebagai pengamat maupun praktisi. Keterlibatan saya tersebut ada yang formal, semi-formal maupun otodidak. Kebanyakan sih otodidak atau belajar dari pergaulan.

Salah satu jenis beladiri yang menarik saya dalam kurun 5 tahun terakhir ini adalah Jiu Jitsu. Padahal sebelumnya saya agak "alergi" dengan aliran yang mengutamakan pergumulan di bawah ini. Ada beberapa hal yang keren dari beladiri ini. Bisa saya bilang Jiu Jitsu mentransformasi karakter dan pemikiran saya secara signifikan. Lambat laun saya semakin tersedot dalam memperhatikannya. Saya utak-atik ternyata banyak hal menarik yang bisa saya refleksikan ke dalam kehidupan maupun proses kreatif saya. Setidaknya ada 3 hal utama dari pelajaran Jiu Jitsu yang bisa saya gali.


Pertama adalah konsep "JUU".

"Juu" dalam bahasa Jepang bermakna kelembutan, tidak menentang, mengikuti terpaan tenaga. Konsep dasar Jiu Jitsu adalah mengikuti tekanan atau tenaga lawan, mengarahkannya untuk mengalahkan penyerang itu sendiri. Perumpamaannya, jika lawan mendorong kita tarik, jika lawan menarik kita dorong. Untuk bisa melakukan itu, kita memanfaatkan mekanisme tubuh, kontrol dan "leverage" (akan saya bahas kemudian).

Konsep kelembutan mengalahkan kekerasan adalah konsep favorit saya. Kebetulan karakter saya adalah cenderung melankolis (mengikuti pembagian karakter psikologi ngepop gitu). Orang macam saya nggak suka berkonflik, meskipun gemar menentang arus. Agak paradoks. Sebisa mungkin konflik saya hindari baik dalam perdebatan maupun konfrontasi fisik. Saya selalu membayangkan, berandai-andai bahwa betapa keren ketika seorang pendekar menggunakan ilmu "Juu". Ia bisa membelokkan serangan lawan dengan kelembutan. Mirip di film-filmnya Jet Li. Konsep "Juu" ini saya terjemahkan sebagai "ora ngoyo" kalau dalam pandangan ke-Jawaan saya. Maka sebuah usaha yang ideal itu adalah ketika saya "ora ngoyo". Tentu saja ini tidak diterjemahkan secara fatal sebagai pasif atau malas. Ora ngoyo adalah kondisi di mana kita sudah bersatu dengan kaidah alam semesta, sehingga tenaga bisa tergunakan secara maksimal dengan usaha minimal. Ekonomis banget.

Prinsip "ora ngoyo-jutsu" inilah yang sering saya terapkan dalam menjalani hidup. Nggak ambisius tapi persisten mengejar mimpi. Keras tapi tidak "waton ngeyel" dalam berupaya. Dengan begini saya menghindari depresi ketika banyak langkah-langkah saya gagal.

Contohnya...dakwah yang lembut, lebih membekas dan efektif daripada secara keras (cieee malah ceramah :p )


Kedua adalah konsep "LEVERAGE".

"Leverage" atau ungkitan adalah memanfatkan mekanisme tubuh untuk bisa mengatasi beban yang besar dengan sedikit usaha. Leverage sangat dipengaruhi oleh posisi. Dengan mengatur posisi tubuh kita bisa menyalurkan kekuatan secara optimal. Kalau tidak maka setiap usaha akan menghabiskan energi berlebih.

Ini masih berhubungan dengan konsep Juu. Jadi kelanjutan daripada penerapan konsep Juu adalah mendapat leverage. Di dalam kehidupan nyata, saya selalu berupaya mendapatkan leverage ini. Bisa dalam pergaulan, percintaan, bekerja dll. Istilah sepadan ngepop untuk leverage adalah "posisi wuenakkk" untuk melakukan suatu yang berat. Tanpa leverage maka saya hanya akan menguras tenaga. Berusaha keras namun hasilnya minim. Leverage memang konsep yang cukup abstrak. Bahkan dalam pelajaran Jiu Jitsu sendiri, paling susah mengajarkan yang namanya leverage ini. Hanya bisa dirasakan untuk benar-benar paham. Nggak semudah itu untuk mendapatkan leverage. Namun seiring dengan banyak pengalaman, tak jarang leverage itu bisa didapat dengan mudahnya.

Contoh dari penerapan teknik leverage adalah soal percintaan (cieee yang nggak jomblo)...adalah lebih mudah menembak gebetan, ketika ia sudah suka sama kita duluan. Ah detailnya kita obrolin via japri aja deh ya hehehe


Terakhir adalah konsep soal "ENERGI".

Konsep energi dalam Jiu Jitsu yang saya bahas ini mengikuti definisi dalam medis, fisika, psikologi dll. secara umum saja ya.... Tidak ada soal kesaktian atau kekuatan supranatural. Mari dibedakan konsep "energi" dalam definisi sains dengan "Ki/Qi/Chi" dalam ketabiban Cina tradisional. Bukan berarti saya hendak menafikan konsep tradisional tersebut lho. Panjang itu bahasannya.

Nah...Energi adalah sumber kekuatan untuk bertarung. Kalau tidak dikontrol kita akan lemas. Sebagus bagaimanapun tekniknya kalau energi habis ya percuma saja. Maka setiap teknik bertarung Jiu Jitsu (dan saya pikir hampir semua beladiri) adalah soal bagaimana menggunakan energi secara super efektif. Caranya adalah dengan menerapkan konsep-konsep sebelumnya tadi, Juu dan leverage.

Di dunia nyata, adalah penting untuk fokus kepada hal-hal prioritas daripada membuang energi untuk hal-hal yang kurang perlu. Contohnya...saya sekarang cenderung menghindari debat filsafat dan agama karena tidak cukup efektif untuk memberitakan keyakinan saya. Contoh lain...saya memfokuskan energi untuk mengembangkan hal-hal yang jelas-jelas saya kuasai daripada hal-hal yang banyak dikuasai orang lain.


Dari penerapan 3 konsep tadi, bagaimana itu bisa mengubah karakter saya?

Sejauh ini yang saya rasakan adalah:

-Mengurangi kecemasan

Saya sebelumnya adalah tipe orang yang pencemas. Sering merasa cemas terhadap hal-hal tanpa alasan. Jiu Jitsu melatih bertarung dalam posisi yang secara umum tidak nyaman misalnya ditindih, dikunci, dicekik dll. Dalam Jiu Jitsu, seorang petarung harus merasa nyaman dalam posisi begitu. Dengan penguasaan posisi dan teknik leverage, ia akan membalikkan keadaan. Ini akan susah jika si petarung tidak nyaman dalam posisi tadi.

Dulu saya cemas jika rencana usaha saya jatuh. Namun setelah benar-benar jatuh, saya akhirnya bisa merasa nyaman dan melakukan sesuatu untuk membalik keadaan. Maka jatuh pun tidak berarti gagal. Ibaratnya seorang petarung Jiu Jitsu, walau sudah dijegal atau dibanting, di bawah ia bisa berbuat sesuatu. Kecemasan berkurang, saya pun lebih rileks. Rileks adalah penting untuk membuat saya merasa bahagia dan yakin.

-Lebih jujur pada diri sendiri

Dalam pertandingan Jiu Jitsu, kalau kita kalaih terkunci atau tercekik maka kita harus melakukan "tap". Tap adalah menepuk lantai atau tubuh lawan yang mengalahkan kita sebagai tanda mengakui kekalahan. Semua orang pastinya tak mau kalah. Semua mau jadi juara dan pemenang. Namun tak mungkin semua orang jadi juara. Selalu ada yang kalah dan menang dalam kompetisi.

Dalam Jiu Jitsu, "If you win, you'll be the champion. If you lose, you will learn something."

Tap adalah sebuah sikap mental jujur mengakui keunggulan lawan dan menerima bahwa tekniknya berhasil pada kita. Tidak ada yang hina dari kekalahan. Dalam bertarung, yang menang jadi juara, yang menerima kekalahan adalah ksatria. Sikap mengakui bahwa kita kalah pada awalnya sangat berat. Pasti kita merasa hancur begitu kalah. Namun kekalahan memberi waktu untuk introspeksi. Dalam pertarungan Jiu Jitsu, kalau kita kalah dan tidak melakukan tap, pilihannya antara patah atau pingsan. Jiu Jitsu modern (BJJ) mengajarkan kejujuran itu secara lugas. Jiu Jitsu bukan aliran beladiri sakti yang bisa menyelesaikan semua masalah.

Ketika saya tidak mengakui kegagalan dalam hidup saya, saya dipenuhi rasa dendam. Pikiran saya hanya berisi amarah dan ketegangan. Lalu ketika saya mengakui kegagalan...saya merasa jujur dan tanpa beban. Dan itu kemudian justru menaikkan semangat saya berkali-kali lipat untuk berusaha lagi. Tak peduli berapa kali jatuh namun berapa kali kita bangun. Bagaimana bisa cepat bangun dari kejatuhan? Ya mungkin dengan mengakui bahwa kita jatuh itu...jujur pada diri sendiri. Oke, saya kalah. saya terima. Besok saya coba lagi. Bertarung lagi. Itulah Jiu Jitsu.

-Lebih mudah berbahagia 

Ya...saya bisa cukup berbahagia ketika berlatih. Saya merasa nyaman. Itu semua semacam bonus ajaib dari berlatih Jiu Jitsu.  Saya sering menghadapi banyak kegagalan. Dulunya seing stress dan depresi. Setelah melakoni Jiu Jitsu agaknya itu bisa berkurang. Bisa lebih bahagia dengan cara yang "ora ngoyo".

Akhir kata...itulah bagaimana Jiu Jitsu ternyata bisa saya gunakan sebagai alat untuk mengembangkan diri saya. Saya pikir setiap aliran beladiri memiliki keunikan dan keunggulannya masing-masing.


*) Catatan sedikit soal definisi dan sejarah Jiu Jitsu

JIU-JITSU, JUJITSU, JUUJUTSU ( sering ditulis “Jujutsu” saja) adalah nama untuk aliran beladiri asal Jepang yang menggunakan prinsip kelemasan (Juu) melawan kekuatan. Ada banyak aliran dalam Jujutsu. Beberapa aliran itu ada yang masih bertahan dan ada yang sudah punah. Seorang pakar Jujutsu dari Jepang bernama Jigoro Kanoo menggabungkan beberapa aliran Jujutsu tradisional menjadi seni beladiri baru bernama Juudo (sering ditulis “Judo” saja). Bisa dianggap bahwa Judo adalah modernisasi dari Jujutsu klasik yang mana teknik-teknik mematikannya sudah dihilangkan. Jigoro Kanoo melakukan ini agar Jujutsu bisa diterima oleh masyarakat luas. Sebelumnya Jujutsu telah mendapat cap buruk di masyarakat karena sering disalahgunakan untuk kejahatan.

Seorang murid Jigoro Kanoo bernama Mitsuyo Maeda kemudian mengajarkan Judo di Brasil. Salah satu muridnya bernama Carlos Gracie. Carlos kemudian mengajari saudaranya yang bernama Helio Gracie. Carlos dan Helio Gracie bersaudara kemudian memodifikasi ajaran Maeda menjadi lebih efektif. Lewat usaha mereka ini terciptalah Jujutsu ala Brasil yang kemudian dikenal sebagai Brazilian Jiu-Jitsu alias BJJ.

Teknik Jiu-Jitsu Brasil mengutamakan pergumulan di bawah yang dalam Judo disebut Ne-waza. BJJ menjadi aliran yang cukup unik berbeda dengan Jujutsu tradisional Jepang maupun Judo karena juga mengadopsi teknik-teknik gulat.

Kebetulan saya sendiri lebih sering menyebut Jujutsu modern non-Jepang (yang berkembang sejak BJJ dan setelahnya) dengan Jiu-Jitsu/Jiu Jitsu (ini adalah pelafalan orang Amerika untuk Jujutsu). Ini untuk membedakannya dengan Jujutsu tradisional Jepang. Di luar Jepang sendiri banyak varian Jujutsu yang memakai nama dengan ejaan berbeda.



Share this article :

1 comment:

 
Copyright © 2015    LABILGAIB
Distributed By Gooyaabi Templates